Saturday, October 12, 2013

Kehidupan Setelah Hari Akhir

Sebagai orang beriman, kita tidak perlu ragu tentang adanya hari akhir. Selain itu, kita juga harus percaya adanya kehidupan setelah mati, yakni kehidupan di hari akhir. Di kehidupan hari akhir, manusia akan mengalami bebrapa peristiwa, di antaranya sebagai berikut.
1.      Yaumul-Barzakh (Alam Kubur)
Yaumul-Barzakh adalah batas antara alam dunia dan alam akhirat. Alam barzakh juga disebut alam kubur. Di alam barzakh, manusia sudah merasakan balasan amal baik dan buruk yang dilakukan selama hidup di dunia.
Orang yang selama hidup di dunia melakukan kejahatan akan merasakan balasannya, yakni sikasa kubur. Sebaliknya, orang yang di kala hidupnya berbuat kebaikan, ia akan memperoleh balasan kebaikan pula berupa nkmat kubur.
Manusia berada di alam kubur sejak kematiannya sampai datanya Yaumul-Ba’as (hari kebangkitan). Allah Swt. berfirman dalam Surah Al Mu’minun Ayat 100.
2.      Yaumul Yaumul-Ba’as
Yaumul-Ba’as adalah hari kebangkitan, yakni hari dibangkitkannya kembali seluruh umat manusia dari alam kubur. Bangkitnya manusia tersebut ditandai den gan tiupan sasangkala yang kedua oleh Malaikat Israfil. Allah Swt. berfirman dalam Surah al-Hajj Ayat 7.
3.      Yaumul-Mahsyar
Arti mahsyar adalah tempat berkumpul. Yaumul-Mahsyar adalah hari di mana manusia digiring dan dikumpulkan di suatu tempat setelah dibangkitkan dari alam kubur. Allah Swt. berfirman dalam Surah al-Kahf Ayat 47.
Di Padang Mahsyar, masing-masing orang sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka tidak dapat lagi saling menolong satu sama lain. Masing-masing harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan Allah.
Misalnya, seorang bapak tidak lagi menolong anaknya. Begitu pula sebaliknya, seorang anak tidak dapat menolong bapak/ibunya. Allah Swt. berfirman dalam Surah al-Mumtahanan Ayat 3.
4.      Yaumul-Mizan
Arti mizan adalah timbangan. Yaumul-Mizan adalah hari penimbangan amal baik dan amal buruk yang dilakukan oleh manusia selama hidup di dunia.
Seluruh perbuatan manusia akan diperhitungkan secara rinci, antara yang baik dan yang buruk. Amal-amal itu kemudian diletakkan di atas timbangan untuk diketahui, manakah yang lebih banyak dan lebih berat anatara keduanya. Bagi yang amal baiknya lebih berat, imbalannya adalah kenikmatan di surga. Sebaliknya, bagi yang lebih berat amal buruknya, balasannya adalah siksa neraka. Allah Swt. berfirman dalam Surah al-Qori’ah Ayat 6-9.
Dalam penimbangan amal baik dan amal buruk manusia itu, Allah Swt. senantiasa berlaku adil. Tidak ada yang luput dari timbangan Allah meskipun amal perbuatan itu adalah sesuatu yang sangat remeh atau kecil. Semuanya, seperti yang pernah dilakukan manusia sewaktu di dunia, tidak kurang dan tidak lebih.
5.      Yaumul-Hisab
Yaumul-Hisab berarti hari penghitungan amal baik dan buruk yang dilakukam manusia selama hidupnya. Orang yang berbuat kebaikan akan dibalas dengan kenikmatan. Sebaliknya, orang yang berbuat kejahatan akan dibalas dengan siksaan. Tidak ada sedikit pun yang dirugikan dalam perhitungan amal manusia di hadapan Allah Swt. sehubungan dengan hal tersebut, Allah Swt. berfirman dalam Surah al-Mu’min Ayat 17.
Tidak ada suatu perbuatan yang dapat disembunyikan dari kekuasaan Allah. Semua amal perbuatan tercatat dengan baik, sejak Nabi Adam a.s sampai manusia terakhir di akhir zaman. Mulut emanusia tidak dapat lagi berkata bohong dan seluruh anggota badan yang lain menjadi saksi atas apa yang telah diperbuat oleh manusia.
6.      Yaumul-Jaza

Hari pembalasan seluruh amal perbuatan manusia .Balasan yang akan di berikan Allah SWT sangat tergantung pada jenis amal yang telah di lakukan selama hidup di dunia.Jika amalnya baik,maka balasannnya berupa pahala dan surga,Sedangkan jika amalnya buruk,maka balasannya adalah siksa neraka. Terkandung dalam surah Ghafar Ayat 17.

Tanda-tanda Waqaf

1.   Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
2.   tanda tho (  ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3.   tanda jim (  ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
4.   tanda zha (  ) bermaksud lebih baik tidak berhenti;
5.   tanda sad (  ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad;
6.   tanda sad-lam-ya' ( ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari "Al-wasl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;
7.   tanda qaf (  ) merupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan;
8.   tanda sad-lam ( ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari "Qad yoosalu" yang bermakna "kadang kala boleh diwasalkan", maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan;
9.   tanda Qif ( ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti;
10. tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan;
11. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas;
12. tanda Laa (  ) bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak;
13. tanda kaf (  ) merupakan singkatan dari "Kathaalik" yang bermakna "serupa". Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul;

14. tanda bertitik tiga ( ... ...) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Jepang yang Dipimpin Oleh Tengku Abdul Djalil

Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh.

Perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintah pendudukan militer Jepang di pimpin oleh Tengku Abdul Djalil. Ia seorang guru mengaji di Cot Pileng, yang tidak mau tunduk dan patuh pada Jepang. Pihak Jepang berusaha membujuknya agar berdamai tetapi usaha Jepang ditolak. Akhirnya, pada 10 November 1942, tentara Jepang menyerbu Cot Pileng. Saat serbuan Jepang ketika itu, rakyat sedang melaksanakan ibadah shalat subuh. Dengan berbebakal persenjataan: Pedang, Kelewang, dan Rencong. Rakyat dapat memukul mundur pasukan Jepang Lhokseumawe. Serangan kedua Jepang juga berhasil dipukul mundur. Barulah pada serangan ketiga Jepang berhasil menguasai Cot Pileng. Tengku Abdul Djalil dapat meloloskan diri, namun akhirnya gugur tertembak saat melakukan shalat.